Entah kenapa si bayi Fathia senang sekali menempel, menyusu berlama-lama. Kalau menyusu kakinya dilintangkan ke badan saya, kedua tangan memegangi kendi minumannya. Atau mencungkil-cungkil hidung saya. Atau, kesukaannya akhir-akhir ini, nguleni perut saya yang sehabis melahirkan jadi berlemak. Lalu menggumam-gumam, senandung surga yang hanya diajarkan Tuhan pada para bayi. Walau pun sudah lelap, mulut mungil itu seperti mulut ikan sapu-sapu, menempel eraaat. Setengah jam, satu jam. Tidak bisa dilepas! Kalau dilepas dia pasti bangun, bikin saya harus kerja keras menidurkan lagi. Jadi ya terpaksa pasrah....mendekap vampir kecil tersayang itu sambil membayangkan nasi, sambal udang sabu, balado telur, mie, air bening yang segar, teh manis panas, kopi Aceh yang harum--karena saya jadi kelaparan dan kehausan. Kadang-kadang sampai harus menahan kepingin bab juga!