Thursday, March 24, 2011

BUNDA PUN BERBOHONG

Entah kenapa si bayi Fathia senang sekali menempel, menyusu berlama-lama. Kalau menyusu kakinya dilintangkan ke badan saya, kedua tangan memegangi kendi minumannya. Atau mencungkil-cungkil hidung saya. Atau, kesukaannya akhir-akhir ini, nguleni perut saya yang sehabis melahirkan jadi berlemak. Lalu menggumam-gumam, senandung surga yang hanya diajarkan Tuhan pada para bayi. Walau pun sudah lelap, mulut mungil itu seperti mulut ikan sapu-sapu, menempel eraaat. Setengah jam, satu jam. Tidak bisa dilepas! Kalau dilepas dia pasti bangun, bikin saya harus kerja keras menidurkan lagi. Jadi ya terpaksa pasrah....mendekap vampir kecil tersayang itu sambil membayangkan nasi, sambal udang sabu, balado telur, mie, air bening yang segar, teh manis panas, kopi Aceh yang harum--karena saya jadi kelaparan dan kehausan. Kadang-kadang sampai harus menahan kepingin bab juga!

Suatu kali saya mules asli, sampai yang terbayang benar-benar cuma nikmatnya nongkrong, dan Fathia masih menempel. Padahal dia sudah nyenyak. Jadi saya coba bicara dengannya,"Dek, Bunda mules banget nih, mau nongkrong dulu...boleh ya?"lalu pelan-pelan saya coba lepaskan kendi dari mulut si bayi. Ajaib! Ternyata bisa!
Sejak saat itu, kalau saya sudah mulai lapar atau harus mengerjakan kembali terjemahan, saya bisik-bisik pada Fathia,"Non, Bunda pengen ke kamar mandi nih...sebentar ya?" biasanya si nona langsung mengizinkan, melepaskan mulutnya. Soalnya kalau saya bilang seadanya, Bunda ingin makan misalnya, atau Bunda harus kerja, Fathia tak peduli. Mungkin dia pikir, kalau makan bisa minta tolong dibawakan, pekerjaan masih bisa ditunda. Logika bayi. Mana tahu.
Itu bohong saya pada Fathia. Lama-lama dia pasti tahu trik saya itu, tapi dia kan tambah gede juga, jadi akan mengerti kalau saya bilang alasan yang sebenarnya. Hehehe.
Rumah kami ramai. Banyak semutnya. Entah dari mana saja semut itu, karena semu spesies ada. Mulai dari semut halus yang baunya langu kalau dipencet, sampai semut api dan semut rangrang sebesar beras yang gigitan (gigitan? ada giginya?) nya sakit betul. Dalam lemari makan sekalipun piring hidangan harus diletakkan di atas mangkuk terbalik yang direndam dalam waskom isi air supaya semut tidak bisa mencapainya. Sialnya semut-semut yang jenis halus itu ternyata berani mati, mereka sengaja berkamikaze, bunuh diri ramai-ramai supaya bangkainya yang mengambang bisa dijadikan jembatan ponton oleh teman-temannya untuk mencapai makanan yang saya simpan.
Nah, Athaya sering lupa menyimpan makanannya yang belum dihabiskan di ruang keluarga. Padahal di situ juga banyak semut. Satu dua kali saya biarkan, karena si buyung akan marah kalau makanannya dihabiskan atau dibawa pergi. Lama-lama saya tahu bahwa Athaya anti semut, dan ogah menyentuh makanan yang sudah diinjak semut--walau pun semutnya sudah saya buang dan piring diganti. Lalu saya punya akal. Ada yang tahu tidak bahwa jajanan anak SD banyak yang sedap? Batagor misalnya. Atau bakso goreng. Kalau Athaya belum menghabiskan jajanannya itu, biasanya saya biarkan saja, atau saya letakkan di lemari. Sekarang, begitu Athaya pergi main, jajanannya langsung saya habiskan dan piringnya saya bawa ke bak cuci. Nanti kalau Athaya pulang main dan menanyakan makanannya, maka saya sudah punya jawaban sakti: "Tadi Abang tinggal di meja kan? Nah, sudah Bunda buang, sudah dirubung semut!" Athaya lalu tidak protes lagi dan dengan damai minta makanan lain. Hihihi.
Seringkali saya merasa bersalah, berbohong begitu. Tapi ketika saya bercerita pada kawan-kawan, sesama emak-emak itu ketawa ngakak dan berkata mereka juga sering berbuat begitu. Kawan yang satu bilang, suatu kali dia kepingin sekali makan es krim dan keripiknya sendirian, jadi dia bilang pada Naura, anaknya yang berumur dua tahun, bahwa itu obat khusus untuk mama-mama. Kawan yang lain ketahuan ketika hendak pergi, maka dia bilang dia akan ke dokter.
Kalau saja bocah-bocah itu tahu. Kalau saja pencipta lagu Kasih Ibu tahu, dia pasti ogah mencipta lagu itu. :) Tapi ibu juga manusia. Membuat kesalahan, dan memaafkan kesalahan. Biar bohong dia masih tetap mencintai anak-anaknya.
Buat saya, agak terhibur rasanya setelah tahu teman-teman juga suka bohong kecil-kecilan. Cuma, saya janji,  tetap takkan berbohong pada anak-anak untuk urusan yang lebih serius. Karena telinga mereka adalah telinga Tuhan. [ ]

No comments:

Post a Comment