Wednesday, April 27, 2011

bukan apa-apa, mom

hanya udara dingin, serta kegelapan dan sunyi di luar
yang membuatku merindukan sentuhan tangan hangatmu
hanya sedikit kata ketus, sedikit penolakan
dari dunia yang sekedar menjalankan peran
yang membuatku merindukan cumbu tulusmu
baru pukul empat, mom, belum subuh
aku tahu engkau belum terbangun untuk berbasuh
alangkah inginnya melihat wajahmu
mom, sekedar rindu
sekedar ingin memeluk
sekedar ingin mencium bau bedakmu
sekedar ingin menyentuh keberadaanmu
duduklah di situ untukku, mom
dengan zikirmu
tunggulah aku



10 maret 2009

kalau kau tak menyakitiku

kalau kau tak menyakitiku, 
maka aku takkan berada di sini, makan pisang goreng
menatap anakku berlari mengukur jalanan
di sepanjang danau di depan rumah
kalau kau tak menyakitiku,
maka aku takkan berada di sini,
menyelesaikan novel lama terdamba,
bercakap dengan yang tercinta.
kalau kau tak menyakitiku,
maka aku takkan berada di sini
menyiram anggrek dan tapakdara warna warni
merasakan bahagia di telapak kaki
kenapa kau tak menyakitiku dari dulu saja
agar aku bisa segera mendapatkan bahagia?





6 februari 2009

Bubuhing Bulan keur Purnama

Jam 23.01, kakara asup deui ka imah, tas mulan di hareup. Cahya bulan sumirat, lir emas ngagurilap dina beungeut cai, emas enyay-enyayan dina jariji jukut cai, emas ngagaleng dina hateup imah. Angin, anu rintih, anu halon, mawa sada hatong kapal ti kajauhan. Ieu teh Banda Aceh...Banda Aceh anu baheula paeh tea, anu keuna ku rajapatina "gelumbang rayeuk" tepi ka ratana jeung bumi....Banda Aceh tea, nu kungsi jadi tempat pagaliwotana manusa ti suklakna ti siklukna, nu rek nulungan, nu rek neangan pangalaman, nu rek ngadon ngeruk harta. Banda Aceh, dina pependena bulan caang lima welas, warna-warnina kekembangan nu nyampak di unggal imah jadi ciciren, yen kota ieu teh, baheula, enya baheula, kungsi tumpur, paeh...leungit, meh leungit tina peta.

Tapi manehna ngalawan. Kota ieu ngalawan, ngalawan maut. Lir Sawitri nu nuturkeun Batara Yama, rek menta deui arwah salakina, Satyawan, Banda Aceh nuturkeun cahya bulan...nuturkeun kekembangan nu dipiara dipiasih ku unggal ibu rumah tangga di ieu kota, nuturkeun ranguna seuri barudak lembut anu paboro-boro ulin ayunan, porosotan, jambo, momobilan di Tamansari...Banda Aceh hirup deui. Lain, lain jurigna. Tapi hirup nu hurip. Hirup, ... duka tepi ka iraha.







9 februari 2009

Digoreng dengan pasir: lima perak sebungkus

SETIAP HARI  Athaya berbekal uang 2000 rupiah. Selalu saya beri, walau pun dia saya bekali juga kue dan teh manis, atau kadang bahkan nasi dan lauk seadanya. Sebabnya karena dia selalu ingin mengunyah. Mungkin terdorong tuntutan tumbuh anak kelas satu SD. Supaya agak aman, saya selalu pesan wanti-wanti: Abang jajan di kantin ya. Jangan di  luar pagar sekolah. Tapi karena biasanya jajanan luar pagar selalu lebih menarik, saya putuskan untuk melihat, ada apa saja yang dijajakan. Supaya bisa memberi peringatan dengan akurat.

Tuesday, April 26, 2011

Jejak Roda di atas Rumput

Gerobak itu tak tahu kemana ia akan pergi
Karena ia hanya sekedar menggulirkan roda mengikuti kuda melangkah
Kadang-kadang menambahkan derak-derik, menekankan sunyi
Mengalahkan siulan angin di akar-akaran.
Tetapi kuda itu tak tahu ke mana ia akan pergi
Karena kepalanya menunduk, dan ia hanya sekedar menggerakkan teracak,  kiri-kanan
Badannya menahan matahari, melemparkan bayang-bayang memanjang
Menghitamkan rerumputan.
Rumput itu juga tak tahu ke mana mereka akan pergi
Dia hanya sekedar melekukkan tubuh dan membiarkan ruasnya dipatahkan
Seraya meruapkan keharuman hijau ke udara yang bergetar
Berharap gerobak dan teracak dan bayang-bayang segera lewat
Agar ia dapat berdiri kembali, meneruskan tumbuh.
Rerumputan itu tak tahu bahwa dia, bersama dengan gerobak, roda, teracak dan bayang-bayang
menyiptakan jejak, yang berkelok menghilang
Ke balik pagar itu.


juni 2009

Jabal Rahmah

Kerikil luruh yang berlepasan jatuh di bawah sandalku tidak membicarakanmu
entah kenapa aku mendaki, karena aku tahu
bahwa kau tak ada di puncaknya
Hanya karena konon setiap hati yang hilang dapat ditemukan di sini
maka kutepis kemungkinan bahwa kau mungkin sudah tergulung tsunami
lama, lama berselang
adakah Adam berpikir demikian, ketika ia mengukur inci demi inci bumi
berharap bersua sumsum belulang yang dipaksa pisah dari raga
kemahatahuan yang mempertanya, mengapa keniscayaan menjadi sebuah dosa
ketika dilakukan dalam bingkai takdir?
Doa apa yang bisa diucapkan diakhir perjalanan pencarian
diantara engah nafas, leleh peluh dan lepuh-lepuh
ketika sejak awal pun akrab kenyataan, cerita kesia-siaan tak menemu


7 agustus 2007
(tiga tahun kemudian, lewat tengah malam ditanggal ini, Jimat, kau wujudkan segala keajaiban)

Kata Jon Bon Jovi pada Mang Udin, ketika bertemu di Bintaro

Ada kontrakan, mang, rumahku di new jersey digusur
terlalu sering kutinggal kosong, tuhan mendudukinya, mengira aku takkan pulang
kamar tidurku diisi serpihan matahari
dapur dan garasi dibanjiri aurora borealis.
Aku tak bisa masuk, udara begitu penuh kata-kata permintaan
kata tuhan ia perlu tempat menyimpan semuanya
karena tak ada lagi telombong di bawah ozon bolong ini.


agustus 2007

Buku dalam rak itu

Aku sungguh ingin mencintaimu
memelukmu, menciummu, mengendusmu dan menjilatmu
membuatmu seperti manisan, lengket-lengket di tangan
sehingga ketika aku memegang apa saja, kau akan tertinggal di situ
Pada jam tiga dini hari aku sungguh ingin menjadi buku dalam rak itu
yang punya ambalan-ambalan kayu jati belanda untuk tempatnya
terapit padat bagai dalam pelukan
bau kayu seperti bau kulitmu
sekarang rak itu dan buku itu
bercinta hingga fajar layu.


agustus 2007

Etsa kaca untuk N

Ilhamku, nyala jingga yang mewujud setiap kali kukenang cinta,
Apollon yang pada kakinya kuletakkan nektar dan jeli kerajaan
Inilah laguku. Yang dinyanyikan burung pengembara pada jalinan kawat listrik
disenja musim rontok, nada kembar berulang yang begitu kau suka:
allegretto con spirito
air sumur menimpa piring kaca
sejernih perasaan, pagi hari ketika terbangun di sampingmu.
Impian rembulan yang menyapa malam, sejenak sebelum bersua
bau tembakau pada tangan dan jemari
bau hangat kulitmu yang tertinggal di kemeja
diterjemahkan benak ke dalam bahasa yang sebelumnya begitu asing,
menjadi dua larik lagu walsa untuk berdansa.

juni 2008

Bayangan Juli

Perahu tertambat di bawah jembatan Peunayong
Suatu senja, setelah hujan
Lelaki yang kelelahan melingkar di haluan
Bulu mata terkatup, mencoba mengejar mimpi
Ada lagumu di antara kepis dan jala
bayangan kenangan
Pada riak sungai
dan gumaman rerumput musim bunga
Anak lelaki kecil di atas anak tangga, menoleh dan bersapa
Bunda, ke mana perahu merah kecil pergi
Tak dibawanya serta lelaki pengejar mimpi
menyusuri galur mentari.
Selepas Juli nanti, kaulah yang akan pergi
dan kami akan mengingatmu
sebagai perahu merah kecil yang menyongsong cakrawala.

mei 2008